Ringkasan "Giri (Raja dan Sunan Besar yang Terlupakan)"
Judul Novel : Giri (Raja dan Sunan Besar yang Terlupakan)
Pengarang : Yudhi AW
Penerbit : DIVA Press
Tahun Terbit : 2011
Tempat Terbit. : Yogyakarta
Tebal : 360 Halaman
Ringkasan novel :
Novel Giri (Raja dan Sunan Besar yang Terlupakan) hadir sebagai novel yang ampuh menyihir pembaca. Novel karya Yudhi AW ini menceritakan kehidupan Sunan Giri semenjak dilahirkan hingga beliau wafat. Jaka Samudra nama kecil Sunan Giri merupakan anak dari Syehkh Maulana Ishaq dan Rara Sekardadu. Pada saat Rara Sekardadu hamil besar, Syehkh Maulana Ishaq difitnah dan dipaksa meninggalkan tanah Jawa. Kemudian, Rara Sekardadu melahirkan Jaka Samudra tanpa kehadiran suaminya. Ia ditolong oleh Nyai Gedhe Pinatih seorang saudagar kaya dari Tandhes. Tetapi berberapa saat, Rara Sekardadu meninggal dunia. Jaka Samudra diasuh dan dianggap anak oleh Nyai Gedhe Pinatih yang sebelumnya tidak memiliki anak.
Novel ini juga menceritakan kehidupan setelah beranjak dewasa dari Jaka Samudra. Jaka Samudra menimba ilmu di Pesantren Sunan Ampel. Tidak ada santri yang lebih semangat daripada Jaka Samudra utamanya dalam ilmu fiqih dan tafsir. Kedatangan Jaka Samudra di Pesantren Ampel diterima baik oleh seluruh warga pesantren. Pada suatu malam, Sunan Ampel memeriksa asrama santri, beliau dikagetkan oleh seberkas cahaya yang menerobos genteng dan menuju tepat diatas tempat tidur Jaka Samudra. Keesokan harinya beliau memanggil Jaka Samudra untuk mengahadapnya. Kemudian, Jaka Samudra ditanya perihal silsilah keluarganya, namun Jaka Samudra tidak begitu paham. Akhirnya ia diminta Sunan Ampel untuk memanggil Ibu angkatnya yaitu Nyai Gedhe Pinatih. Sesampainya Nyai Gedhe Pinatih, Sunan Ampel pun menanyai silsilah yang sebenarnya mengenai Jaka Samudra. Saat mendengar cerita Nyai Gedhe Pinatih, Sunan Ampel terkejut dan terharu,ternyata beliau adalah paman dari Jaka Samudra. Jaka Samudra adalah anak dari kakak Sunan Ampel yang selama ini dicari-cari. Pada suatu hari, Sunan Ampel mengajak Jaka Samudra untuk menjenguk kakek buyutnya yaitu Syekh Jumadil Kubra, sesampainya di sana, Jaka Samudra dan Sunan Ampel menghampiri kakeknya, berberapa saat kemudian, Syekh Jumadil Kubra menghembuskan nafas terakhirnya. Lalu, sunan Ampel mengajak Jaka Samudra untuk menghadap Pangeran Kerthabumi. Sunan Ampel menceritakan silsilah keluarga dari Jaka Samudra. Tak disangka Jaka Samudra adalah cucu Prabu Hayam Wuruk kerajaan Majapahit. Setelah itu, Pangeran Kerthabumi memberi gelar kepada Jaka Samudra yaitu, Raden Paku. Dipilihnya nama tersebut agar Raden Paku dapat menjadi penyokong dan penyangga masyarakat.
Dalam novel ini dikisahkan mengenai kehidupan asmara Raden Paku. Lambat laun, Raden Paku dijodohkan dengan anak Sunan Ampel yaitu Murtasiyah. Kedua remaja ini telah terpaut gejolak asmara. Pernikahannya pun akan segera digelar. Namun yang menjadi masalah adalah mengenai restu dari Nyai Gedhe Pinatih, karena Nyai tidak memberi restu. Berjalannya waktu, hati Nyai pun luluh, Raden Paku mendapatkan restu untuk menikah dengan Murtasiyah. Pada suatu hari, Raden Paku duduk di tepi sungai, kemudian ia memakan buah delima yang hanyut. Kemudian ia terkejut, karena ia tak tahu siapa pemilik buah delima itu. Lalu, ia pun mencari pemilik pohon delima itu. Setelah lama mencari akhirnya ia bertemu dengan Ki Ageng Bungkul si pemilik pohon delima. Raden Paku kemudian menceritakan peristiwa yang ia alami. Raden Paku meminta keikhlasan Ki Ageng Bungkul untuk memaafkannya dan ia siap menerima hukuman. Akhirnya Ki Ageng Bungkul meminta untuk Raden Paku menikah dengan anaknya yaitu Selasih. Raden Paku pun menerima hukuman itu. Sesampainya di Pesantren Ampel, Raden Paku menceritakan segala peristiwa yang ia alami kepada Sunan Ampel. Sunan Ampel memaklumi kejadian yang dialami Raden Paku. Berberapa minggu kemudian Raden Paku menikah dengan dua gadis sekaligus, yaitu dengan Murtasiyah dan Selasih.
Setelah menikah, ia mengunjungi Ayahnya di Pasai. Rasa haru dan senang menyelimuti hati Raden Paku dan Syekh Ishaq Maulana, karena anak dan ayah ini dapat dipertemukan kembali. Berberapa hari kemudian , ayah Raden Paku meninggal dunia. Kemudian ia kembali lagi ke Jawa dengan gelar Syekh Abdul Fakih. Beliau membawa serta adik bungsu lain ibu dari Pasai untuk belajar agama di Jawa yaitu Ismail. Tak selang lama, Ibu angkat Syekh Abdul Fakih Raden Paku meninggal , dikarenakan sakit. Raden Paku merasa terpukul karena dua orang yang mereka sayangi telah mendahuluinya ke pangkuan ilahi.
Tersirat dipikiran Sunan Ampel untuk membentuk wali songo. Wali songo tersebut beranggotakan Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Majagung, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati, Sunan Fatah, Sunan Ngudung, Sunan Syarifuddin Dan Syekh Maulana Ishaq. Sunan Giri kemudian mencari tempat untuk membentuk pesantren baru di bawah kepemimpinannya. Sunan Giri menemukan sebuah Giri (gunung), di sanalah beliau membangun sebuah pesantren baru. Orang orang di sana memanggil Syekh Abdul Fakih atau Raden Paku dengan sebutan Sunan Giri. Pada tahun 1506, Sunan Giri wafat.
Sumber buku : Perpustakaan SMA
Pengarang : Yudhi AW
Penerbit : DIVA Press
Tahun Terbit : 2011
Tempat Terbit. : Yogyakarta
Tebal : 360 Halaman
Ringkasan novel :
Novel Giri (Raja dan Sunan Besar yang Terlupakan) hadir sebagai novel yang ampuh menyihir pembaca. Novel karya Yudhi AW ini menceritakan kehidupan Sunan Giri semenjak dilahirkan hingga beliau wafat. Jaka Samudra nama kecil Sunan Giri merupakan anak dari Syehkh Maulana Ishaq dan Rara Sekardadu. Pada saat Rara Sekardadu hamil besar, Syehkh Maulana Ishaq difitnah dan dipaksa meninggalkan tanah Jawa. Kemudian, Rara Sekardadu melahirkan Jaka Samudra tanpa kehadiran suaminya. Ia ditolong oleh Nyai Gedhe Pinatih seorang saudagar kaya dari Tandhes. Tetapi berberapa saat, Rara Sekardadu meninggal dunia. Jaka Samudra diasuh dan dianggap anak oleh Nyai Gedhe Pinatih yang sebelumnya tidak memiliki anak.
Novel ini juga menceritakan kehidupan setelah beranjak dewasa dari Jaka Samudra. Jaka Samudra menimba ilmu di Pesantren Sunan Ampel. Tidak ada santri yang lebih semangat daripada Jaka Samudra utamanya dalam ilmu fiqih dan tafsir. Kedatangan Jaka Samudra di Pesantren Ampel diterima baik oleh seluruh warga pesantren. Pada suatu malam, Sunan Ampel memeriksa asrama santri, beliau dikagetkan oleh seberkas cahaya yang menerobos genteng dan menuju tepat diatas tempat tidur Jaka Samudra. Keesokan harinya beliau memanggil Jaka Samudra untuk mengahadapnya. Kemudian, Jaka Samudra ditanya perihal silsilah keluarganya, namun Jaka Samudra tidak begitu paham. Akhirnya ia diminta Sunan Ampel untuk memanggil Ibu angkatnya yaitu Nyai Gedhe Pinatih. Sesampainya Nyai Gedhe Pinatih, Sunan Ampel pun menanyai silsilah yang sebenarnya mengenai Jaka Samudra. Saat mendengar cerita Nyai Gedhe Pinatih, Sunan Ampel terkejut dan terharu,ternyata beliau adalah paman dari Jaka Samudra. Jaka Samudra adalah anak dari kakak Sunan Ampel yang selama ini dicari-cari. Pada suatu hari, Sunan Ampel mengajak Jaka Samudra untuk menjenguk kakek buyutnya yaitu Syekh Jumadil Kubra, sesampainya di sana, Jaka Samudra dan Sunan Ampel menghampiri kakeknya, berberapa saat kemudian, Syekh Jumadil Kubra menghembuskan nafas terakhirnya. Lalu, sunan Ampel mengajak Jaka Samudra untuk menghadap Pangeran Kerthabumi. Sunan Ampel menceritakan silsilah keluarga dari Jaka Samudra. Tak disangka Jaka Samudra adalah cucu Prabu Hayam Wuruk kerajaan Majapahit. Setelah itu, Pangeran Kerthabumi memberi gelar kepada Jaka Samudra yaitu, Raden Paku. Dipilihnya nama tersebut agar Raden Paku dapat menjadi penyokong dan penyangga masyarakat.
Dalam novel ini dikisahkan mengenai kehidupan asmara Raden Paku. Lambat laun, Raden Paku dijodohkan dengan anak Sunan Ampel yaitu Murtasiyah. Kedua remaja ini telah terpaut gejolak asmara. Pernikahannya pun akan segera digelar. Namun yang menjadi masalah adalah mengenai restu dari Nyai Gedhe Pinatih, karena Nyai tidak memberi restu. Berjalannya waktu, hati Nyai pun luluh, Raden Paku mendapatkan restu untuk menikah dengan Murtasiyah. Pada suatu hari, Raden Paku duduk di tepi sungai, kemudian ia memakan buah delima yang hanyut. Kemudian ia terkejut, karena ia tak tahu siapa pemilik buah delima itu. Lalu, ia pun mencari pemilik pohon delima itu. Setelah lama mencari akhirnya ia bertemu dengan Ki Ageng Bungkul si pemilik pohon delima. Raden Paku kemudian menceritakan peristiwa yang ia alami. Raden Paku meminta keikhlasan Ki Ageng Bungkul untuk memaafkannya dan ia siap menerima hukuman. Akhirnya Ki Ageng Bungkul meminta untuk Raden Paku menikah dengan anaknya yaitu Selasih. Raden Paku pun menerima hukuman itu. Sesampainya di Pesantren Ampel, Raden Paku menceritakan segala peristiwa yang ia alami kepada Sunan Ampel. Sunan Ampel memaklumi kejadian yang dialami Raden Paku. Berberapa minggu kemudian Raden Paku menikah dengan dua gadis sekaligus, yaitu dengan Murtasiyah dan Selasih.
Setelah menikah, ia mengunjungi Ayahnya di Pasai. Rasa haru dan senang menyelimuti hati Raden Paku dan Syekh Ishaq Maulana, karena anak dan ayah ini dapat dipertemukan kembali. Berberapa hari kemudian , ayah Raden Paku meninggal dunia. Kemudian ia kembali lagi ke Jawa dengan gelar Syekh Abdul Fakih. Beliau membawa serta adik bungsu lain ibu dari Pasai untuk belajar agama di Jawa yaitu Ismail. Tak selang lama, Ibu angkat Syekh Abdul Fakih Raden Paku meninggal , dikarenakan sakit. Raden Paku merasa terpukul karena dua orang yang mereka sayangi telah mendahuluinya ke pangkuan ilahi.
Tersirat dipikiran Sunan Ampel untuk membentuk wali songo. Wali songo tersebut beranggotakan Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Majagung, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati, Sunan Fatah, Sunan Ngudung, Sunan Syarifuddin Dan Syekh Maulana Ishaq. Sunan Giri kemudian mencari tempat untuk membentuk pesantren baru di bawah kepemimpinannya. Sunan Giri menemukan sebuah Giri (gunung), di sanalah beliau membangun sebuah pesantren baru. Orang orang di sana memanggil Syekh Abdul Fakih atau Raden Paku dengan sebutan Sunan Giri. Pada tahun 1506, Sunan Giri wafat.
Sumber buku : Perpustakaan SMA
Komentar
Posting Komentar